Kangkung
termasuk sayuran yang populer dan digemari masyarakat Indonesia. Tanaman
kangkung berasal dari India sekitar 500 SM, yang kemudian menyebar ke Malaysia,
Birma, Indonesia, Cina Selatan, Australia dan Afrika. Nama latin kangkung
adalah Ipomoea reptans. Di Cina, sayuran ini dikenal dengan nama Weng Cai,
sedangkan di Eropa kangkung disebut Swamp Cabbage. Di Indonesia kangkung
memiliki beberapa nama daerah, yaitu Kangkueng (Sumatera), Kangko (Sulawesi)
dan Utangko (Maluku) (Azmi, 2007).
Kangkung bergizi tinggi dan lengkap dengan kandungan yang ada pada kangkung
seperti kalori, protein, lemak, karbohidrat, serat, kalsium, posfor, zat besi,
natrium, kalium, vitamin A, vitamin B, vitamin C, karoten, hentriakontan, dan
sitosterol. Senyawa kimia yang dikandung adalah saponin, flavonoid, dan
poliferol (Mangoting dkk, 1999).
Kangkung merupakan tanaman yang bermanfaat. Kangkung mempunyai senyawa yang
dapat digunakan untuk pengobatan bagi penderita susah tidur. Serat pada
kangkung sangat baik untuk mencegah konstipasi sehingga dapat menghalangi
terjadinya kanker perut. Karetenoid dalam tubuh akan diubah menjadi vitamin A
serta klorofil tinggi. Kedua senyawa ini berperan sebagai antioksidan yang
berguna untuk mencegah penuaan dan menghalangi mutasi genetik penyebab kanker
(Wirakusumah, 1998).
Produksi tanaman kangkung di Indonesia dari tahun ke tahun mengalami variasi.
Pada tahun 1985 terdapat luas areal pertanaman kangkung nasional 41.953 hektar.
Namun tahun-tahun berikutnya cenderung menurun, yaitu hanya 32.448 ha (1988)
dan 20.578 ha (1990). Hasil rata-rata kangkung nasional masih rendah, yaitu
baru mencapai 2,389 ton/hektar (1985), 4,616 ton/hektar (1988), dan 7,660
ton/ha (1990) (Rukmana, 1994).
Pupuk NPK merupakan pupuk campuran dari nitrogen, phosfor, dan kalium. Pupuk N
berfungsi untuk menaikkan produksi tanaman, kadar protein, dan slulosa, tetapi
serin menurunkan kadar sukrosa, poli fruktosa dan pati. Kadar P dinyatakan
dalam bentuk P2O5 yang jumlahnya lebih sedikit daripada nitrogen dan kalium.
Fungsi mendorong pertumbuhan akar tanaman. Kadar pupuk K dinyatakan sebagai %
K2O. Kalium berfungsi untuk mengatur pergerakan stomata (Rosmarkam dan Nasih,
2003).
Sumber unsur N sebenarnya cukup banyak terdapat di atmosfer, yaitu + 79,2 %
dalam bentuk N2 bebas, namun demikian unsur N ini baru dapat digunakan oleh
tanaman setelah mengalami perubahan bentuk yang terikat yang kemudian dalam
bentuk pupuk. Sumber utama dari nitrogen berasal dari N2 yang terikat. Untuk
pembuatan pupuk adalah nitrogen dalam bentuk amoniak
Kangkung
merupakan tanaman menetap yang dapat tumbuh lebih dari satu tahun. Tanaman
kangkung memiliki sistem perakaran tunggang dan cabang-cabangnya akar menyebar
kesemua arah, dapat menembus tanah sampai kedalaman 60 hingga 100 cm, dan
melebar secara mendatar pada radius 150 cm atau lebih, terutama pada jenis
kangkung air (Rukmana, 1994).
Batang kangkung bulat dan berlubang, berbuku-buku, banyak mengandung air
(herbacious) dari buku-bukunya mudah sekali keluar akar. Memiliki percabangan
yang banyak dan setelah tumbuh lama batangnya akan merayap (menjalar)
(Mortensen dan Bullard, 1970).
Kangkung memiliki tangkai daun melekat pada buku-buku batang dan di ketiak
daunnya terdapat mata tunas yang dapat tumbuh menjadi percabangan baru. Bentuk
daun umumnya runcing ataupun tumpul, permukaan daun sebelah atas berwarna hijau
tua, dan permukaan daun bagian bawah berwarna hijau muda (Mangoting dkk, 1999).
Selama fase pertumbuhanya tanaman kangkunga dapat berbunga, berbuah, dan
berbiji terutama jenis kangkung darat. Bentuk bunga kangkung umumnya berbentuk
“terompet” dan daun mahkota bunga berwarna putih atau merah lembayung (Azmi,
2007).
Buah kangkung berbentuk bulat telur yang didalamnya berisi tiga butir biji.
Bentuk buah kangkung seperti melekat dengan bijinya. Warna buah hitam jika
sudah tua dan hijau ketika muda. Buah kangkung berukuran kecil sekitar 10 mm,
dan umur buah kangkung tidak lama (Nazaruddin, 1994).
Bentuk biji kangkung bersegi-segi atau tegak bulat. Berwarna cokelat atau
kehitam-hitaman, dan termasuk biji berkeping dua. Pada jenis kangkung darat
biji kangkung berfungsi sebagai alat perbanyakan tanaman secara generatif
(Wirakusumah, 1998).
Syarat Tumbuh
Iklim
Kangkung mempunyai daya adaptasi cukup luas terhadap kondisi iklim tropis dan
dapat ditanam di berbagai daerah atau wilayah di Indonesia. Kangkung dapat
tumbuh dan berproduksi dengan baik di dataran rendah sampai dataran tinggi
(pegunungan) + 2000 mdpl, dan diutamakan lokasi lahanya terbagi atau sinar
matahari yang cukup (Rukmana, 1994).
Kebutuhan sinar matahari untuk tanaman kangkung adalah 400-800 footcandles yang
akan mempengaruhi pertumbuhan optimum. Oleh karena itu, kangkung dapat tumbuh
pada lahan terbuka tetapi tidak terlalu panas (Bandini dan Azis, 2001).
Untuk pertumbuhan kangkung diperlukan iklim yang toleran. Pertumbuhan kangkung
biasanya optimal bola dipengaruhi oleh suhu daerah setempat. Suhu yang
dibutuhkan tanaman kangkung yaitu rata-rata 20-300 C dengan kelembaban daerah
(RH) dibawah 60 % (Nazaruddin, 2000).
Tanah
Kangkung darat menghendaki tanah yang subur, gembur, banyak mengandung bahan
organik, dan tidak mudah menggenang (becek). Pada tanah yang becek, akar-akar
tanaman dan batang kangkung darat akan mudah membusuk atau mati (Rukmana,
1994).
Kangkung dapat tumbuh dan berproduksi baik di dataran rendah sampai dataran
tinggi (pegunungan). Tanaman kangkung cocok ditanam pada tanah bertekstur liat
berpasir dengan struktur tanah yang agak remah. Selain itu, tanaman kangkung
membutuhkan tanah datar bagi pertumbuhanya, sebab tanah yang memiliki kelerengan
tinggi tidak dapat mempertahankan kandungan air secara baik ( Azmi, 2007).
Kisaran derajat keasaman (pH) tanah yang baik untuk tanaman kangkung adalah
pada kisaran pH netral yakni 6-7. Jika pada tanah asam kangkung sukar tumbuh
maka diperlukan penambahan kapur untuk menetralkanya (Nazaruddin, 2000).
Pupuk NPK
Zat-zat yang sangat diperlukan tanaman dan seringkali kurang cukup terdapat di
dalam tanah, terutama Nitrogen (N), Phosfor (P), dan Kalium (K). Apabila unsur
tersebut dapat terpenuhi, maka pertumbuhan tanaman akan menjadi normal dan
baik. Sebaliknya, apabila kekurangan atau kelebihan akan menunjukkan
gejala-gejala kekurangwajaran atau abormal (Rosmarkam dan Nasih, 2003).
Nitrogen diserap tanaman dalam bentuk ion nitrat (NO-3) dan ion amonium (NH4+).
Nitrogen tidak tersedia dalam bentuk mineral alami seperti unsur hara lainya.
Terdapat didalam protein dalam bentuk tanaman yang berguna untuk pertumbuhan
pucuk daun. Pupuk N juga menyuburkan bagian-bagian vegetatif tumbuhnya batang
dan daun. Oleh karena itu, pupuk ini diberikan pada awal masa pertumbuhan dan
diberikan pada sayuran daun sebab dengan pupuk N daunya lekas tumbuh besar dan
berwarna hijau tua. Sumber N dari udara tidak semua tanaman dapat menghisapnya
dari udara begitu saja. Tetapi dengan adanya bentuk bantuan bakteri tanah, maka
zat N dapa dihisap oleh tanaman (Hasibuan, 2006).
Phosfor berperan penting didalam transfer energi didalam sel tanaman, misalnya
ADP, ATP, berperan dalam pembentukan membran sel, sangat diperlukan untuk
pembiakan generatif yakni pembentukan bunga serta bagian-bagianya. Selanjutnya
menjadi buah dan bijinya, mendorong dan mningkatkan pembentukan buah, serta
perangsang akar dapat memanjang dan kuat. Kadar zat P dalam pupuk dinyatakan
dalam % P2O5 (Sutanto, 2004).
Kalium diserap oleh tanaman dalam bentuk ion K+. Tanah mengandung 400-500 kg
kalium untuk setiap 93 m2. Kalium pada tanaman berperan sebagai efisiensi
penggunaan air, untuk pertumbuhan zat tepung di dalam tanaman, meningkatkan
ketahanan tanaman terhadap serangan hama dan penyakit, daun buah dan buah tidak
mudah lepas dari tangkainya, lebih tahan terhadap penyakit dan memperluas
pertumbuhan akar (Hasibuan, 2008).
Gejala-gejala akibat kekurangan salah satu unsur hara pada tanaman disebut
sebagai istilah defisiensi. Kekurangan unsur N pada tanaman mengakibatkan
pertumbuhan tanaman yang kerdil dan daun akan mengalami gejala klorosis. Pada
unsur P jika tanaman mengandung sedikit sekali unsur P maka pemasakan buah
terhambat. Kekurangan unsur K berakibat pada daun-daun yang paling bawah
berwarna kuning, dan tanaman rentan terhadap penyakit (Moternsen and Bullard,
1970).
No comments:
Post a Comment