Padi, Selain ditanam pada lahan sawah tanaman
padi juga bisa dibudidayakan pada lahan kering atau sering kita sebut dengan
budidaya padi gogo rancah.
Pada sistem budidaya padi gogo rancah seolah-olah
kita anggap tanaman padi seperti tanaman palawija. Sehingga kebutuhan air dalam
sistem ini sangatlah minim. Sistem budidaya padi gogo biasanya dilakukan pada
tanah-tanah yang kering atau tanah tadah hujan. Kelebihan sistem tanam gogo
rancah dibanding sistem sawah diantaranya adalah penghematan tenaga kerja tanam,
penghematan tenaga kerja pemeliharaan dan tentunya lebih menghemat waktu.
Adapun kekurangan cara tanam gogo rancah adalah produksi yang dihasilkan tidak
sebesar dengan sistem tanah sawah.
A. Penyiapan lahan
Tanah diolah pada kondisi kering sebelum musim hujan.
Peningkatan produktivitas, tanah perlu diberi bahan organik (pupuk
hijau, pupuk kandang, kompos) sebanyak 5-10 t/ha.
Pengolahan tanah dapat dilakukan secara olah tanah sempurna (OTS), olah
tanah minimum (OTM), dan atau tanpa olah tanah (TOT).
B. Penanaman
Waktu tanam secara tepat dengan memperhitungkan hujan karena akan
menentukan keberhasilan padi gogo. • Penanaman dilakukan dengan cara tugal (4-5
biji/lubang).
Benih yang dibutuhkan adalah 40 kg/ha untuk monokultur.
Jarak
tanam 40 x 15 cm atau 30 x 30 cm.
Lokasi baru yang banyak terdapat ulat grayak, uret, dan lalat bibit,
benih perlu dicampur dengan insektisida butiran Furadan atau Dharmafur dengan
takaran 2 kg/20 kg benih.
Penanaman padi gogo dapat dilakukan bersama tanaman lain.
C. Pemupukan
Urea, SP36, dan KCl sesuai kesuburan tanah setempat.
Urea diberikan ½ bagian pada saat tanaman berumur 14 hari setelah tugal
bersama dengan keseluruhan takaran SP36 dan KCl.
Sisa urea diberikan saat tanaman berumur + 40 hari setelah tugal.
Pemberian pupuk disertai dengan penyiangan.
Seluruh pupuk diisikan dalam larikan yang dibuat sepanjang baris tanaman
pada saat tanah dalam kondisi lembab, kemudian tutupkembali dengan tanah atau
dengan cara tugal pada jarak + 5 cm dari lubang tanam sedalam 7 cm.
D. Pengendalian gulma
Pada saat pengolahan tanah.
Penyiangan manual secara rutin menggunakan sabit, parak.
Penggunaan herbisida.
E. Pengendalian hama dan penyakit
Hama: Lundi/uret, lalat bibit, penggerek batang, wereng coklat, walang
sangit, dan tikus.
Penyakit: Blast dan bercak coklat.
F. Panen
Dilakukan sebaiknya pada fase masak panen dengan ciri kenampakan 90%
gabah sudah menguning.
Panen pada fase masak lewat panen, yaitu saat jerami mulai mengering,
pangkal malai mulai patah, dapat mengakibatkan banyak gabah rontok saat panen.
Sebaiknya panen dilakukan dengan sabit bergerigi dan perontokan dengan
pedal tresher.
Perontokan dengan memukul-mukul batang padi pada papan sebaiknya
dihindari, karena menyebabkan kehilangan hasil yang cukup besar sampai 3,4%.
No comments:
Post a Comment