Friday, December 12, 2014

BELAJAR DARI BOJONEGORO MEMANFAATKAN LAHAN BANJIR

Banjir di Daerah Aliran Bengawan Solo memang sudah lama terjadi dan menjadi masalah setiap tahunnya. Hampir setiap tahun beberapa kabupaten seperti Bojonegoro, Gresik, Lamongan, Tuban menjadi langganan banjir akibat luapan Bengawan Solo ini. Entah berapa total kerugian yang dialami masyarakat terutama petani yang harus menelan kerugian akibat gagal panen. Akibatnya daerah-daerah yang menjadi langganan banjir pun sulit berkembang.


Namun ini nampaknya tidak berlaku untuk warga Bantaran bengawan solo  Bojonegoro. Sejak tahun 1984 tepatnya, Mbah Wo dan Pak Zaenuri warga desa Ngringinrejo memulai budidaya belimbing.

Upaya dari pendahulu desa Ngringinrejo untuk memulai budidaya belimbing di lahan banjir itu memang tidaklah mulus. Mirip dengan tembang ilir-ilir Sunan Kalijaga, mereka harus ber- "lunyu-lunyu". Berupaya keras meyakinkan Masyarakat serta keluarga bahwa tanaman belimbing memang cocok untuk daerah langganan banjir, serta memiliki prospek yang baik.

Namun jerih payah para pendahulu tersebut nampaknya telah menuai hasil. Setidaknya saat ini ada sebanyak 104 Petani belimbing di daerah ini yang tergabung dalam kelompok tani Mekarsari. Kelompok tani yang berdiri sejak tahun 2004 ini membangun sebuah kawasan kebun bersama yang terintegerasi. Berkah belimbing pun mulai Terasa setelah pada Tahun 2008 Pemkab Bojonegoro menetapkan desa Ngringinrejo dan desa Mojo sebagai Kawasan Agrowisata Belimbing.

Keberpihakan pemerintah sebagai pemangku kepentingan, dan kerja keras masyarakat untuk memberdayakan diri sendiri dan keluarga merupakan kunci utama pembangunan.

No comments:

Post a Comment