Minyak sawit (CPO) saat ini telah
menjadi komoditas penting yang menyerap 4,5 Juta tenaga kerja disektor on farm. Komoditas ini juga menjadi
andalan pemerintah disektor pertanian.
Tahun 2013 saja, devisa yang dihasilkan
dari produk sawit mencapai 15,85 Miliar US Dollar atau sekitar Rp. 170 triliun.
Pesatnya pertumbuhan perkebunan kelapa sawit menempatkan Indonesia menjadi Negara
nomor 1 produsen minyak sawit dunia dengan luas perkebunan lebih dari 10 juta
Hektar. Dari luasan itu, 4,4 Juta ha dikelola oleh rakyat secara mandiri.
Meski komoditas sawit menjadi
penggerak ekonomi nasional, sayangnya nasib petani sawit masih menemui banyak
kendala. Apalagi kini harga sawit anjlok akibat melambatnya pertumbuhan ekonomi
dunia. Perusahaan besar bisa saja melakukan efisiensi untuk menghadapi turunnya
harga, namun hal yang sama sangat sulit dilakukan petani karena luasan lahan
yang terbatas. Disaat yang sama, kebutuhan akan pupuk, saprodi, juga meningkat
memaksa petani sawit harus melakukan upaya lain untuk penghematan.
Salah satu upaya penghematan yang
masih mungkin dilakukan oleh petani dengan luasan areanya yang terbatas adalah
dengan Integrasi Sawit-Sapi-Energi (ISSE). Dengan teknologi ini, bukan hanya
langkah penghematan saja yang didapat petani, tetapi penghasilan tambahan dari
hasil ternak berupa daging juga bisa menjadi tambahan penghasilan petani. Teknologi
ini menganut prinsip ‘Zero Waste’ dengan mengoptimalkan pengelolaan residu tanaman
sehingga tidak ada yang terbuang percuma.
Pelepah sawit merupakan sumber
pakan potensial jika dioptimalkan, dengan kadar protein kasar mencapai 3,67%. Penggunaan
pelapah sebagai pakan sebaiknya diolah dulu menjadi bentuk cacahan kering untuk
memudahkan sapi dalam mengunyah dan mencernanya. Gunakan mesin pencacah untuk
menghaluskan karena mampu mencacah pelepah utuh sampai dimeter 20 cm serta
hasilnya pun lebih halus.
Kotoran sapi sebagai energi alternatif
jika diolah sebagai bio gas. Gas bio (methan) yang dihasilkan dari kotoran sapi
mempunyai nilai kalor 4800-6700 kkal/m3 yang akan menghasilkan bio gas dengan
komposisi 54-70% metana, 27-45% karbondioksida, 0,5-3,0% nitrogen,0,1
karbonmonoksida, 0,1% oksigendan sedikit sekali hidrogen sulfida, amoniak, dan
nitrogen oksida. Dari 7 ekor sapi dapat menghasilkan bio gas setara dengan 4,92
liter minyak tanah.
Residu bio gas berupa ampas bio
gas cair (slury) dapat diaplikasikan untuk pemupukan. Dari 7 ekor sapi akan
diperoleh slury sekitar 140 liter per hari. Slury ini dapat langsung di
aplikasikan ke areal perkebunan sawit atau bisa juga dikeringkan dahulu sebagai
pupuk kompos padat. Dengan demikian penggunaan pupuk kimia dapat dikurangi oleh
petani, sehingga upaya penghematan dapat dilakukan.
No comments:
Post a Comment