Edamame merupakan kedelai berasal dari Jepang. Eda berarti cabang dan mame berarti kacang, dapat diartikan
sebagai buah yang tumbuh di bawah cabang (Branched bean). Edamame di Cina
dikenal dengan sebutan mao dou (Hairy
bean) (Miles at al. 2000). Orang
Eropa terutama Inggris lebih mengenal jenis kedelai ini dengan nama vegetable soybean (kedelai sayur) atau green soybean dan sweet soybean. Edamame dapat didefinisikan sebagai kedelai berbiji
sangat besar(>30g/100 biji) yang dipanen muda dalam bentuk polong segar. Edamame mempunyai kandungan protein yang lengkap dengan
kualitas yang setara dengan kandungan protein pada susu, telur maupun
daging. Selain itu edamame juga mengandung zat anti kolesterol sehingga
sangat baik untuk dikonsumsi.
Harga
Edamame juga relatif baik , harganya berkisar antara Rp. 7.500 – Rp. 9.500 per
kilogram untuk Edamame segar. Pembudidaya edamame ini masih relatif sedikit,
sedangkan kebutuhan pasarnya besar. Selain untuk konsumsi di dalam
negeri, Edamame juga diekspor untuk memenuhi kebutuhan pasar Jepang.
Budidaya
edamame sebenarnya relatif tidak sulit, secara umum hampir sama dengan
kedelai. Secara singkat budidaya edamame adalah sebagai berikut :
Syarat
Tumbuh.
Edamame
menghendaki ketinggian lahan minimal 200 m diatas permukaan laut (dpl), suhu
yang optimal untuk pertumbuhan 30°C, sedangkan untuk
pembungaan 24-25°C., dengan penyinaran matahari penuh.
Edamame menghendaki tanah yang subur dengan pengairan yang baik dan kemasaman
tanah netral.
Persiapan
Lahan.
Agar
tanaman edamame bisa tumbuh optimal, Persiapan lahan bisa dilakukan dengan
membajak tanah, pembuatan guludan, pemberian pupuk kandang sebagai pupuk dasar.
Benih.
Benih
Edamame yang diperlukan berkisar antara 80 – 100 kg per hektar. Varietas
Edamame yang ditanam disesuaikan dengan pasar, antara lain yang paling banyak
ditanam petani adalah varietas Ryoko. Varietas ini polongnya lebih besar dan
rasanya lebih manis.
Penanaman.
Benih
Edamame ditanam pada bedengan dengan jarak tanam 12 X 20 cm atau 20 X 20 cm dan
kedalaman tanam 1,5 – 2 cm kemudian ditutup dengan tanah gembur. Benih yang
ditanam antara 2 -3 benih per lubang tanam.
Penyiangan.
Penyiangan
merupakan hal penting dilakukan agar tanaman edamame dapat tumbuh dengan
optimal, tanpa bersaing dengan gulma/ tanaman yang lain.
Pemupukan.
Pemupukan
dilakukan pada saat tanaman berumur 10 HST, terdiri dari KCL 50 kg/Ha, Urea 150
kg/Ha dan Za 50 kg/Ha. Pemupukan susulan yang kedua pada saat tanaman
berumur 21 HST terdiri dari KCl 100 kg/Ha, Urea 50 kg/Ha dan ZA 100 kg/Ha.
Pengendalian
OPT.
Edamame
tidak luput terkena serangan organisme penganggu tanaman (OPT) baik hama maupun
penyakit. Pengendalian dilakukan secara terpadu sesuai dengan jenis hama
maupun penyakitnya. Penggunaan pestisida dilakukan secara selektif dan
terkendali. Jenis OPT yang menyerang edamame biasanya sama juga dengan
OPT yang menyerang kedelai, sehingga pengendalianya tidak berbeda jauh dengan
pengendalian pada kedelai.
Lalat
pucuk, ulat grayak, pengerek batak, dan jamur bisa disemprot dengan Reagent 50
C dengan dosis 1 gr / liter air dan Ingrofol 50 WP dengan dosis 1,5 l/Ha.
Pengendalian
OPT ini sangat penting karena bisa berpengaruh terhadap kualitas Edamame.
Edamame yang diminta oleh pasar lokal maupun ekspor adalah Edamame yang bernas,
warna hijau segar dan harus bebas dari bekas serangan hama atau penyakit.
Sehingga sangat penting untuk memperhatikan hal ini, baik hama pengerek batang
maupun pengerek polong.
Panen
dan Pasca Panen.
Edamame
bisa dipanen dalam keadaan segar saat polong masih berwarna hijau pada saat
berumur minimal 45 HST sesuai varietasnya, jika terlalu tua kurang disukai
konsumen. Panen tidak dilakukan secara serentak tetapi diseleksi dengan
interval panen 2 hari sekali. Polong yang dipetik adalah yang bernas namun
warnanya masih belum kuning.
No comments:
Post a Comment