I.
PENDAHULUAN
Bawang
merah merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan yang sejak lama telah
diusahakan oleh petani secara intensif. Komoditas ini juga merupakan sumber
pendapatan dan kesempatan kerja yang memberikan kontribusi cukup tinggi
terhadap perkembangan ekonomi wilayah. Karena memiliki nilai ekonomi yang
tinggi, maka pengusahaan budidaya bawang merah telah menyebar di hampir semua
provinsi di Indonesia. Meskipun minat petani terhadap bawang merah cukup kuat,
namun dalam proses pengusahaannya masih ditemui berbagai kendala, baik kendala
yang bersifat teknis maupun ekonomis.
Tanaman
bawang merah berasal dari Syria, entah beberapa ribu tahun yang lalu sudah
dikenal umat manusia sebagai penyedap masakan (Rismunandar 1986). Sekitar abad
VIII tanaman bawang merah mulai menyebar ke wilayah Eropa Barat, Eropa Timur
dan Spanyol, kemudian menyebar luas ke dataran Amerika, Asia Timur dan Asia
Tenggara (Singgih 1991). Pada abad XIX bawang merah telah menjadi salah satu
tanaman komersial di berbagai negara di dunia. Negara-negara produsen bawang
merah antara lain adalah Jepang, USA, Rumania, Italia, Meksiko dan Texas
(Rahmat 1994).
Di
Indonesia, daerah yang merupakan sentra produksi bawang merah adalah Cirebon,
Brebes, Tegal, Kuningan, Wates (Yogyakarta), Lombok Timur dan Samosir
(Sunarjono dan Soedomo 1989). Pada tahun 2003, total pertanaman bawang merah
petani Indonesia sekitar 88.029 hektar dengan rata-rata hasil 8,7 t/ha (Biro
Pusat Statistik 2003). Produktivitas hasil bawang merah tersebut dipandang masih
rendah, karena potensi hasil yang dapat dicapai sekitar 20 t/ha.
Untuk
keberhasilan budidaya bawang merah selain menggunakan varietas unggul, perlu
dipenuhi persyaratan tumbuhnya yang pokok dan teknik budidaya yang baik.
II.
SYARAT TUMBUH
2.1.
Iklim
Tanaman
bawang merah lebih senang tumbuh di daerah beriklim kering. Tanaman bawang
merah peka terhadap curah hujan dan intensitas hujan yang tinggi, serta cuaca
berkabut. Tanaman ini membutuhkan penyinaran cahaya matahari yang maksimal
(minimal 70% penyinaran), suhu udara 25-32°C, dan kelembaban nisbi 50-70%.
Tanaman
bawang merah dapat membentuk umbi di daerah yang suhu udaranya rata-rata 22°C,
tetapi hasil umbinya tidak sebaik di daerah yang suhu udara lebih panas. Bawang
merah akan membentuk umbi lebih besar bilamana ditanam di daerah dengan
penyinaran lebih dari 12 jam. Di bawah suhu udara 22°C tanaman bawang merah
tidak akan berumbi. Oleh karena itu, tanaman bawang merah lebih menyukai tumbuh
di dataran rendah dengan iklim yang cerah (Rismunandar 1986).
Di
Indonesia bawang merah dapat ditanam di dataran rendah sampai ketinggian 1000 m
di atas permukaan laut. Ketinggian tempat yang optimal untuk pertumbuhan dan
perkembangan bawang merah adalah 0-450 m di atas permukaan laut (Sutarya dan
Grubben 1995). Tanaman bawang merah masih dapat tumbuh dan berumbi di dataran
tinggi, tetapi umur tanamnya menjadi lebih panjang 0,5-1 bulan dan hasil
umbinya lebih rendah.
2.2.
Tanah
Tanaman
bawang merah memerlukan tanah berstruktur remah, tekstur sedang sampai liat,
drainase/aerasi baik, mengandung bahan organik yang cukup, dan reaksi tanah
tidak masam (pH tanah : 5,6 – 6,5). Tanah yang paling cocok untuk tanaman
bawang merah adalah tanah Aluvial atau kombinasinya dengan tanah Glei-Humus
atau Latosol (Sutarya dan Grubben 1995). Tanah yang cukup lembab dan air tidak
menggenang disukai oleh tanaman bawang merah (Rismunandar 1986).
Di
Pulau Jawa, bawang merah banyak ditanam pada jenis tanah Aluvial, tipe iklim
D3/E3 yaitu antara (0-5) bulan basah dan (4-6) bulan kering, dan pada
ketinggian kurang dari 200 m di atas permukaan laut. Selain itu, bawang merah
juga cukup luas diusahakan pada jenis tanah Andosol, tipe iklim B2/C2 yaitu
(5-9) bulan basah dan (2-4) bulan kering dan ketinggian lebih dari 500 m di
atas permukaan laut (Nurmalinda dan Suwandi 1995).
Waktu
tanam bawang merah yang baik adalah pada musim kemarau dengan ketersediaan air
pengairan yang cukup, yaitu pada bulan April/Mei setelah panen padi dan pada
bulan Juli/Agustus. Penanaman bawang merah di musim kemarau biasanya
dilaksanakan pada lahan bekas padi sawah atau tebu, sedangkan penanaman di
musim hujan dilakukan pada lahan tegalan. Bawang merah dapat ditanam secara
tumpangsari, seperti dengan tanaman cabai merah (Sutarya dan Grubben 1995).
casino and sports betting app review - Dr.MCD
ReplyDeleteCasino and Sports betting app review. Find out more about what it's like to bet 1xbet 먹튀 with real 이천 출장안마 money on 고양 출장안마 the mobile or the 전라북도 출장마사지 desktop with this helpful 제주도 출장안마